Amandel, Radang Tenggorokan, Strep Throat?

Orang tua pasti sering mendengar anaknya disebut sakit “radang tenggorokan”, atau “amandel” (tonsilitis). Ini diagnosis yang sering ditemui jika anak sakit batuk pilek. Sebagian besar dari kondisi ini disebabkan oleh virus, yang akan membaik dengan sendirinya tanpa perlu obat-obatan khusus, sehingga tidak memerlukan antibiotik. Namun, apakah benar semua sakit “radang tenggorokan” itu pasti virus? Ada juga yang disebabkan oleh bakteri, yaitu bakteri Streptococcus, karenanya sering disebut strep throat. Infeksi strep throat inilah yang memerlukan antibiotik.

Bagaimana kita bisa mengetahui secara pasti anak sakit radang tenggorokan karena bakteri/strep throat? Paling pasti untuk mengetahui ini adalah dengan pemeriksaan usap (swab) tenggorokan untuk di kultur. Jika tumbuh bakteri, maka diagnosis definitif/pasti bisa ditegakan. Tapi kenyataannya, disini sulit ya untuk melakukan kultur bakteri, lalu bagaimana? Diagnosis empiris berdasarkan ciri, tanda dan gejala khas bisa membantu bila memang sesuai dan memenuhi.. Apa saja? Berikut ini tanda dan gejalanya:
  1. Infeksi strep throat jarang disertai batuk, pilek (Lebih dominan rasa sakit pada tenggorokan, susah menelan).
  2. Ada pembesaran kelenjar getah bening pada leher bagian depan, sakit ketika ditekan.
  3. Demam yang lebih dari 38°C selama 3 hari berturut-turut.
  4. Ukuran dari tonsil akan sangat membengkak, sekitar tonsil juga bisa bengkak, disertai dengan selaput putih nanah.
  5. Umumnya infeksi strep throat terjadi pada anak usia lebih dari 3 tahun.


Jika memenuhi semua tanda dan gejala di atas, maka penyebab dari infeksi bakteri bisa dicurigai. Jika hanya sebagian saja bagaimana? Idealnya dilakukan pemeriksaan usap tenggorok dulu di lab, untuk mendapatkan diagnosis yang pasti, karena tanda dan gejalanya tidak cukup khas. Ingat selalu prinsip, infeksi streptococcus tidak bisa di diagnosis (pasti) hanya dengan melihat tenggorokan saja. Tentu kita tidak ingin setiap anak sakit radang tenggorokan selalu dapat antibiotik, sedangkan belum pasti terbukti karena bakteri. Bahaya resistensi antibiotik karena penggunaan yang tidak tepat juga harus diwaspadai.

Namun demikian, penilaian mengenai diagnosis ini haruslah kembali kepada dokter yang memeriksa. Kondisi anak secara umum, tanda dan gejala lain yang menyertai, akan dinilai oleh dokter yang memeriksa langsung. Sehingga jika akhirnya di diagnosis dan dinyatakan sebagai strep throat, kemudian memerlukan antibiotik, maka pasien wajib untuk mematuhinya. Infeksi strep throat yang tidak diobati juga bisa menjadi awal penyebaran infeksi ke organ tubuh yang lain yang bisa membahayakan.

Selalu konsultasikan mengenai kondisi anak dengan lengkap ke dokter yang memeriksa langsung. Lakukanlah proses diskusi dan komunikasi yang baik selama di ruang dokter. Semoga setelah keluar dari ruangan dokter, setiap pasien bisa mendapatkan informasi yang jelas, lengkap, dan kemudian bisa mematuhi saran dan anjuran yang diberikan dokter.
Sumber tulisan: dr. Agung Zentyo Wibowo

No comments:

Post a Comment

INSTAGRAM FEED

@soratemplates