Ya betul, Demam Berdarah Dengue (DBD). Apakah bisa curiga demam tifoid (tipes)? Jangan pikirkan demam tifoid dulu pada demam yang baru berlangsung beberapa hari. Sehingga pada kondisi yang seperti ini, pemeriksaan untuk memastikan apakah ini demam tifoid atau bukan (tes widal misalnya), tidak perlu dilakukan.
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue ini disebabkan oleh vektor nyamuk yang telah membawa virus dengue dari orang yang sudah terinfeksi. Umumnya pada bayi atau anak yang baru pertama kali terkena infeksi primer virus dengue tidak langsung menjadi DBD. Bisa jadi terinfeksi tapi tidak bergejala khas, yang disebut "undifferentiated fever" (demam tidak terdiferensiasi) yang memiliki gejala atau sindroma infeksi virus. Ruam kemerahan pada kulit biasanya di wajah, leher, dada (khas infeksi virus) bersamaan demam, gejala pada saluran nafas dan cerna adalah gejala yang umum ditemui.
Demam Dengue (DD), kondisi ini umum ditemui pada anak yang lebih besar. Gejalanya seperti demam yang mendadak tinggi, dengan sakit kepala berat, nyeri perut, nyeri persendian, nafsu makan menurun, mual muntah, susah BAB, diare, ruam kemerahan. Pada pemeriksaan laboratorium bisa ditemui trombosit yang rendah, dan leukosit yang rendah. Sangat jarang ditemui pendarahan, karena itu disebut demam dengue. Demam dengue umumnya adalah kondisi yang ringan dan tidak membahayakan.
Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki gejala yang sama seperti demam dengue, dibedakan dengan adanya tanda-tanda pendarahan. Paling mudah diketahui dengan tes torniquet, bisa diuji pada beberapa hari awal demam. Pada kulit bisa temui petekie (bintik-bintik kemerahan), gejala lain seperti mimisan, gusi berdarah. Pada kasus yang berat, bisa terjadi pendarahan pada saluran cerna.
Apa yang harus diwaspadai? DBD adalah penyakit yang harus diketahui perjalanan penyakitnya. Umumnya diawali dengan fase demam tinggi (39-40°C) selama 1-3 hari, lalu demam mulai turun. Tapi disinilah terjadi fase selanjutnya yaitu fase kebocoran plasma, inilah Fase Kritis (hari ke 3 - 6 sejak awal demam). Fase ini yang harus ditangani dengan tepat karena bisa mengarah kepada kondisi syok. Tanda dan gejala yang mengawali fase kritis/pre syok ini adalah muntah berulang, nyeri perut, tampak lemas/lelah, dan volume urin yang sedikit. Secara laboratorium, mulainya fase kritis ini ditandai dengan meningkatnya hematokrit dan menurunnya trombosit. Bisa ditemui juga peningkatan SGOT dan SGPT.
Apa yang perlu dilakukan? DBD adalah penyakit yang harus dimonitor dan dipantau perjalanan penyakitnya. Demam hari 1-2 bisa jadi fase yang masih agak "longgar". Tapi jika sudah masuk hari ke 3 – 6 demam, harus dipantau ketat.
Pemeriksaan laboratorium untuk mengecek hematokrit dan trombosit tidak bisa hanya dilakukan sehari sekali, tapi harus dilakukan minimal per 12 jam/sehari 2 kali. Karena pada "onset" awal fase kritis, nilai trombosit bisa turun drastis dengan tiba-tiba.
Perawatan di Rumah Sakit adalah yang umumnya diperlukan untuk penanganan yang tepat. Fase kebocoran plasma bisa diatasi dengan penanganan yang baik, salah satunya pemberian cairan intravena. Setelah melewati 6 hari, umumnya kondisi pasien akan mulai pulih dan membaik.
Fase penyakit demam berdarah dengue |
Pesannya disini adalah, tempatkanlah kecurigaan terhadap penyakit dengan benar.
Pada demam tinggi di beberapa hari awal, curigalah kepada DBD sebelum curiga demam tifoid. Tapi, jika disertai batuk pilek, penyakit saluran nafas yang lebih tepat dicurigai. Sebagai tambahan, kemungkinan diagnosis banding lainnya adalah infeksi arbovirus (chikungunya), campak, rubella, virus lain, seperti enterovirus, influenza, hepatitis A,
Pesan lainnya, ingat betul kapan anak mulai demam.
Sebagian orang tua tidak mengasuh anaknya sendiri, melainkan diserahkan ke pengasuh, kakek atau nenek si anak. Maka ketika ditanya awal demam, jawabannya tidak tepat, tidak yakin. Ini akan mempengaruhi penilaian dokter, sudah sampai di fase mana demam tersebut. Mendapatkan data riwayat penyakit yang tepat, pada DBD khususnya hari awal terjadi demam, bisa membantu dokter memberikan penanganan yang terbaik.
Sumber tulisan : dr. Agung Zentyo Wibowo
No comments:
Post a Comment