Sesuatu Yang Dapat Terjadi Pada Bayi Di Bulan Pertama Kehidupan

Seorang ibu yang dikaruniai bayi mungil, hatinya tentu begitu senang. Tetapi dibalik itu, ada kalanya sang ibu merasa cemas ketika melihat ada ‘sesuatu’ pada bayinya di bulan-bulan pertama kehidupannya sehingga sebagian ibu menjadi ‘parno’. Ada beberapa keadaan yang sering membuat ibu bertanya-tanya dan akhirnya menanyakan pada dokternya. Berikut beberapa keadaan yang cukup sering ditanyakan oleh para ibu karena melihat 'sesuatu' pada bayinya.

1. Kepala bayinya membenjol atau tidak rata. Keadaan ini dapat diakibatkan karena kepala bayi yang terlalu lama di rongga panggul ibu, khususnya pada ibu yang melahirkan spontan dengan kepala lebih dulu keluar. Berbeda dengan bayi yang dilahirkan sungsang atau lahir dengan sectio yang relatif kepalanya lebih bulat. Ibu yang melahirkan dengan mengedan lama atau mengedannya tidak efektif dapat mengakibatkan trauma lahir pada kepala antara lain : kaput suksadeneum, hematoma sefal, perdarahan subaponeurotik sampai fraktur (patah) tulang tengkorak.

Pada kaput suksadeneum didapati bengkak pada kulit kepala, lunak, batasnya tidak tegas dan akan hilang dalam beberapa hari. Hematoma sefal, tidak terlihat pada hari pertama karena tertutup oleh kaput suksadeneum, konsistensi lunak, berfluktuasi, batasnya tegas pada tepi tulang tengkorak dan tidak menyeberangi sutura. Bila menyeberangi sutura berarti terdapat fraktur (patah) tulang tengkorak. Hematoma sefal ini akan mengalami pengapuran (kalsifikasi) dan akan menghilang dalam waktu 2-6 bulan. Perdarahan subaponeurotik terjadi karena pecahnya pembuluh darah balik (vena) yang menghubungkan jaringan di luar dengan sinus-sinus dalam tengkorak. Perdarahan semacam ini sering terjadi pada persalinan yang menggunakan alat, batasnya tidak tegas, bentuk kepala tidak simetris, teraba edema dan fluktuasi. Pada yang berat dapat mengakibatkan syok, anemia dan hiperbilirubinemia. Keadaan yang terakhir membuat bayi harus dirawat lebih lama di rumah sakit untuk mendapat pengobatan dan pemantauan klinis.

2. Benjolan di leher bayi dan bayi yang ‘tengleng’. Bila teraba ada tonjolan keras di otot leher, curigai adanya kontraksi otot leher atau perdarahan otot sternokleidomastoideus pada riwayat persalinan yang sulit. Apalagi bila kepala bayi ‘tengleng’ cenderung menengok ke satu arah saja (tortikolis). Ini terjadi akibat penarikan leher yang berlebihan pada saat lahir (misal pada bayi yang lahir sungsang atau dengan alat bantu persalinan. Umumnya keadaan ini akan menyembuh spontan, tapi bila membuat anak rewel segera konsultasikan ke dokter.

3. Salah satu lengan bayi lumpuh. Pada persalinan yang sulit dapat juga timbul trauma pada leher yang mengakibatkan kerusakan serabut saraf yang terletak di daerah leher (pleksus brakialis). Selanjutnya timbul parese (lumpuh) lengan dan tangan, dikenal dengan Erb parese/Klumpke parese. Bila ditemukan keadaan ini, maka dokter akan mempertahankan lengan yang terkena pada posisi tertentu (imobilisasi) dan dipertahankan selama beberapa waktu. Penyembuhan biasanya setelah beberapa hari, tapi ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama tergantung kerusakan serabut saraf yang robek.

4. Lengan bayi yang tidak sama geraknya. Keadaan ini akibat patahnya tulang bahu pada bayi yang mengalamai kesulitan persalinan. Bahu yang terkena biasanya lebih lemah, lengan disisi sakitnya kurang aktif. Patah tulang bahu ini biasanya akan sembuh sendiri dan menimbulkan tonjolan di tulang bahu tsb. Banyak kejadian yang terdeteksi belakangan setelah orang tua meraba ada tonjolan di tulang bahu.

5. Keputihan dan ‘mens’ pada bayi perempuan, payudara yang membesar dan cairan yang keluar dari payudara (withes milk). Pada hari-hari pertama bayi baru lahir adakalanya ditemukan seperti keputihan (khususnya bayi perempuan) dan pada vagina maupun popoknya didapatkan darah seperti darah menstruasi. Juga dapat ditemukan bayi yang payudaranya membesar dan payudara yang mengeluarkan cairan (withes milk). Kesemua itu bisa terjadi karena pengaruh hormonal ibu yang masih ada pada bayi. Hal ini akan menghilang dengan sendirinya dan tidak perlu dikhawatirkan. Pada payudara yang kelihatan membesar, jangan dilakukan pemijatan atau manipulasi apapun. Observasi saja dan payudara yang membesar pada akhirnya akan mengempis setelah hormon ibu yang masih ada di dalam darah bayi menghilang.

6. Kulitnya berubah bila dingin. Bayi yang terkena udara dingin dapat muncul gambaran kulit berbercak-bercak berwarna merah kebiruan, ini yang disebut cutis marmorata atau mottling. Bentuknya seperti jaring2 disebabkan pembuluh darah bayi yang melebar pada hampir seluruh permukaan tubuh. Bila dihangatkan gambaran tsb akan menghilang, ini merupakan hal yang normal pada bayi. Tetapi bila tidak menghilang, keadaaan demikian bisa menjadi petunjuk suatu penyakit yang berat (sepsis). Selain itu bila kedinginan ujung-ujung jari bayi baru lahir bisa didapati kebiruan dan dingin, dikenal dengan istilah akrosianosis.

7. Kulit bayi menjadi kuning. Bayi baru lahir dapat mengalami kuning pada hari-hari pertama. Kuning atau hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir umumnya karena sel darah merah bayi yang lebih cepat pecah dan juga fungsi hati bayi yang belum matang. Bila kadar bilirubin tidak tinggi dan bayi masih tampak sehat, tidak perlu dikhawatirkan. Hati hati bila bayi kuning pada hari pertama atau setelah minggu-minggu pertama usianya, harus dicari penyakit yang mendasarinya.

8. Kulit bayi yang berjerawat. “Jerawat” bisa terjadi pada 20 % bayi, utamanya pada usia bayi kurang 1 bulan, bentuknya bintik kemerahan dan ada kalanya bernanah, lokasinya sering di pipi. Jerawat ini disebabkan juga oleh hormon ibu yang sifatnya sementara dan akan menghilang setelah 1-3 bulan. Orang tua hendaknya menjaga kulit bayi tetap bersih dan kering dan gunakan sabun yang lembut untuk mandi sehari hari.

9. Kepala bayi yang bersisik. Bayi seperti mengalami ketombean dikenal sebagai cradle cap. Bentuknya seperti sisik yang lengket warna kekuningan atau putih kering dgn kulit dibawahnya berwarna merah. Cradle cap biasa muncul pada bayi usia sekitar 1 bulan. Wajah juga bisa terkena, umumnya mengenai pipi, dahi, sekitar alis dan telinga. Cara mengatasinya : bayi dimandikan secara teratur, sisik kepala dapat dibuat lunak dengan minyak zaitun (olive oil) dan disisir dengan sisir bayi secara perlahan, selanjutnya kepala bayi dibersihkan dengan shampoo bayi.


10. Tanda lahir pada bayi. Tanda lahir pada bayi yang cukup sering dijumpai adalah Mongolian spot, bentuknya seperti coin warnanya ada yang biru, abu atau hitam (dikenal sebagai tompel). Hal ini disebabkan oleh sel pigmen yang berkumpul, akan menghilang pada usia2 pertama kehidupan, tapi sebagian lagi ada yang menetap. Bedakan dengan memar karena trauma, karena Mongolian spot sudah ada sejak lahir. Tanda lahir yang juga cukup sering dijumpai adalah hemangioma.

Hemangioma adalah tumor jinak pembuluh darah, yang bisa dilihat dan diraba pada permukaan kulit berupa pelebaran pembuluh darah vena dan pembuluh darah lainnya, dengan jumlah pembuluh darah yang lebih banyak dari normal. Timbul umumnya setelah 1 sampai 4 minggu bayi dilahirkan. Ada 2 macam hemangioma, berdasarkan letaknya, ada yang di permukaan atau dangkal (superfisial) disebut hamangioma kapilare, ada yang letaknya dalam, disebut dengan hemangioma kavernosa. Pada yang dangkal (superfisial) bentuknya seperti kol, letaknya di permukaan kulit, teraba dan warnanya merah terang seperti strawberry. Pada yang letaknya lebih dalam warnanya kebiruan. Hemangioma ini dapat membesar/meluas tapi kemudian selanjutnya mengalami regresi (pengecilan) dan rata2 pada usia 2 tahun hemangioma ini akan menghilang.

11. Berat badan bayi baru lahir tidak naik. Pada minggu pertama, berat badan bayi bisa turun, penurunan 8-10 % berat badan lahir masih normal (fisiologis). Berat badan harus kembali ke berat lahir dalam 10-14 hari. Berat badan naik secara bermakna (setidaknya naik 500-600 gram pada bulan-bulan pertama) menandakan asupan ASI/PASI cukup. Bila ibu merasa produksi ASInya banyak dan telah memberikan maksimal ASInya tapi berat badan tidak naik secara bermakna, harus dicurigai ada masalah, apakah teknik menyusuinya yang salah atau bayinya yang sakit. Karenanya bayi paling tidak setiap bulannya dilakukan penimbangan berat badan secara berkala, disamping pengukuran panjang badan dan lingkar kepala.

12. Mata bayi yang lengket seperti ada belekan. Bayi di bulan-bulan pertama cukup sering mengeluarkan sekret dari mata yang agak lengket. Penyebabnya adalah saluran nasolakrimal yang masih tersumbat (dacryostenois) dan belum berfungsi. Sebagian besar akan menghilang dalam 3 bulan. Orang tua bisa melakukan pembersihan sekret mata dengan cotton bud yang sebelumnya dicelupkan di air hangat dan melakukan masase di sudut mata sebelah dalam, dari arah dalam keluar untuk membantu membuka sumbatan pada saluran nasolakrimal tsb. Tapi bila mata bayi diketahui matanya merah, kelopak matanya bengkak dan sekret matanya kuning nanah, harus dipikirkan adanya infeksi pada mata yang serius . Bayi harus segera dibawa ke dokter untuk mengetahui kuman penyebabnya.

13. Pipi bayi yang tidak mulus. Beberapa bayi tampak tidak memiliki kulit yang mulus, kedua pipinya kemerahan dan berbintil-bintil kasar, ada yang kering ada yang sampai basah. Orang awam bilang karena terkena air susu. Padahal yang sangat mungkin ini adalah pertanda awal anak alergi susu sapi, dikenal sebagai eksim susu atau bahasa kedokterannya : dermatis atopik. Pada kondisi demikian, anak terpaksa tidak boleh diberi susu sapi sampai waktu tertentu. Apabila bayi mendapat ASI, maka ibunya yang harus berpantang susu sapi dan produk turunannya.

14. Ruam-ruam pada pantat bayi. Ruam pada pantat bayi atau ruam popok (diaper rash) biasa terjadi pada bayi kecil. Area pantat menjadi merah dan dapat dijumpai juga bintik2 merah di sekitarnya (lesi satelit) yang khas karena infeksi jamur. Kemerahan pada ruam popok bisa juga terjadi karena reaksi kulit terhadap bahan popok atau akibat kontak terlalu lama antara kulit dengan feses/urin ditambah dengan tekanan maupun gesekan dari diaper. Dokter biasanya akan memberikan salep anti jamur dan zink untuk mengatasi ruam popok yang berat, bila ditemukan peradangan dapat menggunakan kortikosteroid kadar rendah. Upaya pencegahan ruam popok adalah dengan sering mengganti popok pada bayi . Diaper yang ultra absorbent (menyerap kuat) lebih baik daripada yang kain dalam mengurangi basahnya kulit dan menjaga keasaman pH kulit

15. Ada darah dalam pup bayi. Waspadai bila tinja bayi berdarah, mungkin ini disebabkan radang usus, alergi susu sapi, diare akibat penggunaan antibiotik atau usus yang saling menjepit (intususepsi). Keadaan alergi susu sapi dicurigai bila perut bayi kembung, diare disertai darah dan tinja keluar disertai kentut atau menyemprot. Penyebab lain tinja berdarah harus dicari, terutama yang membutuhkan penanganan bedah segera seperti pada kasus intususepsi atau invaginasi. Pada bayi yang mengalami intususepsi/invaginasi, bayi sangat rewel, muntah hebat, menangis kesakitan dan dari anus yang keluar hanya lendir dan darah segar. Keadaan seperti ini emergency, sehingga bayi harus dilakukan penanganan segera.

16. Bayi baru lahir belum BAB. Mekonium (tinja semasa janin) dikeluarkan dalam 24 jam pertama. Apabila selewat 24 jam, bayi masih belum BAB pikirkan kemungkinan meconium plug syndrome, megakolon kongenital (Hirscprung) dan obstruksi saluran cerna. Bila anak terlambat pengeluaran tinja pertamanya, jarang BAB sejak dari lahir, adakalanya disertai kembung dan muntah, curigai suatu Megakolon kongenital atau penyakit Morbus Hirscprung yang cukup sering terjadi. Penyebab lain adalah kekurangan hormon Tiroid (hipotiroid) dimana didapati juga suhu badan yang selalu dingin, otot yang lembek, sulit makan dan suara tangis yang parau. Selain itu bayi yang belum BAB/tidak BAB yang disertai muntah yang proyektil (muncrat), harus dipikirkan obstruksi saluran cerna serius yang membutuhkan penanganan bedah segera. Walaupun jarang, bayi yang tidak bisa BAB ternyata karena lobang anus yang tidak terbentuk (atresia ani/anus imperforata). Pemeriksaan anus pada bayi baru lahir tidak cukup hanya dilihat saja karena bisa saja anus terlihat ada ‘lubang’nya (cekungan), tapi ternyata ketika dilakukan pemeriksaan colok dubur tidak terhubung dengan saluran cerna bawah.

17. Muntah pada bayi. Muntah terjadi karena akibat tekanan dinding diafragma dan kontraksi otot perut sehingga isi lambung keluar. Muntah adalah usaha bayi untuk mengeluarkan makanannya. Orang tua harus bisa membedakannya dengan gumoh. Yang harus diwaspadai adalah muntah terus menerus disertai diare yang juga sering, muntah berwarna hijau dan bayi tidak bisa BAB. Muntah juga merupakan gejala beberapa penyakit seperti : radang selaput otak, radang telinga, infeksi saluran kemih atau akibat tekanan otak yang meningkat. Pada keadaan spt itu, bayi akan tampak sakit. Keadaan muntah yang membahayakan bayi atau petunjuk suatu penyakit yang serius harus ditangani dengan segera. Khusus untuk bayi baru lahir (usia sampai dengan 1 bulan), gejala diare dan muntah dapat merupakan gejala sepsis (penyebaran kuman di darah), sehingga bayi harus dirawat dan membutuhkan antibiotika.

18. Gumoh pada bayi. Gumoh atau regurgitasi (gastroesofageal-refluks) adalah mengalirnya susu kembali ke mulut dalam jumlah sedikit, terjadi karena otot pencernaannya belum kuat sementara tekanan lambungnya meningkat. Beda dengan muntah sebab muntah adalah usaha bayi untuk mengeluarkan makanannya.

Gumoh tidak perlu dikhawatirkan selama berat badan anak naik sesuai umurnya. Untuk mengurangi gumoh dilakukan dengan meninggikan posisi badan setelah bayi minum/makan, membuat susu formula yang lebih kental dan mensedawakannya. Bila gumoh mempengaruhi pertumbuhan sang bayi (misal berat badan yang tidak naik-naik atau turun), maka harus dibawa ke dokter untuk diperiksakan lebih lanjut.

Semoga info/tips ini bermanfaat, sehingga orang tua tidak mudah panik, tetapi tetap cermat sehingga mampu mengenali keadaan yang membahayakan buah hatinya. Bila mencurigai kondisi yang serius atau membahayakan bayi, segera cari pertolongan ke dokter atau ke RS terdekat. Pada kegawatan tertentu, bisa saja bayi harus menjalani perawatan khusus yang intensif dan bila memang dibutuhkan tindakan bedah, maka bayi semuda usia mereka terpaksa harus menjalani pembedahan untuk menyelamatkan hidupnya.

[Disadur dari artikel berjudul “Sesuatu’ yang dapat terjadi pada bayi di bulan2 pertama kehidupan” ditulis oleh dr. M. Muchlis, SpA. Klinik Anak RSIA RS Lanud Abd Saleh Malang. Klinik Anak RSIA Puri Bunda, Malang]

No comments:

Post a Comment

INSTAGRAM FEED

@soratemplates