Berbagai faktor yang dapat memperburuk infeksi kulit anta lain : kerusakan sawar kulit, higine perorangan maupun lingkungan yang kurang baik, perubahan suhu/kelembaban dan peralatan medis yang terlambat diganti pada pasien anak yang sedang dirawat.
Anak tidak dapat mengatakan keluhannya, namun dapat diperhatikan dari bahasa tubuh dan perilaku. Anak yang gatal akan menggaruk-garuk tubuhnya, menangis bila terasa nyeri atau sakit, rewel bila demam dsb. Infeksi kulit pada bayi /anak dapat disebabkan bakteri,virus parasit dan jamur. Penyebab bakteri adalah yang terbanyak.
Infeksi kulit karena bakteri yang sering pada anak adalah Pioderma. Ada yang dinamakan sebagai Pioderma superfisial terdiri dari impetigo, folikulitis, furunkulosis dan ektima. Jenis pioderma yang lain, yang jarang adalah pioderma profunda seperti erisipelas, selulitis, abses, flegmon dan SSSS akibat toksin Stafilokokus.
Selanjutnya mari kita kenali satu persatu jenis infeksi kulit bakteri pada anak:
#1 - Impetigo
Ada 2 jenis, vesikobulosa dan non vesikobulosa atau krustosa (contagiosa). Penyebabnya : grup A β haemoliticus Streptococcus dan atau Stafilokokus aureus.
Klinis : tanpa keluhan, tidak demam, anak tetap aktif bermain. Banyak yang mengira anak terkena luka bakar atau kesundut rokok. Sebagian ada yang menyangka cacar. Secara umum anak baik, biasa terjadi pada anak dgn gizi buruk dan higiene perorangan yang kurang. Tempat tersering adalah : wajah, sekitar hidung, sekitar mulut, ketiak dan anggota gerak.
Impetigo bulosa : didapati pustul (gelembung < 5 mm di kulit berisi nanah) atau bula purulen/bula hipopion (spt luka bakar yang melepuh tapi berisi nanah, ukurannya lebih dari 5 mm), tidak cepat pecah dan dapat bertahan 2-3 hari.
Impetigo krustosa : vesikel (gelembung di permukaan kulit berbatas tegas yang punya atap dan dasar, ukuran kurang dari 5 mm) dan bula (vesikel yang ukurannya lebih dari 5 mm) cepat pecah, timbul erosi, krusta (keropeng) kekuningan atau krusta merah kehitaman. Gambaran klinisnya seperti habis tersundut rokok.
ilustrasi Impetigo [image source: mdguidelines] |
#2 - Folikulitis dan furunkulosis
Folikulitis : infeksi bakteri (piokokus) mengenai muara folikel rambut, bila diikuti dengan peradangan sekitarnya disebut sebagai furunkulosis. Orang awam menyebutnya sebagai bisul menir.
Klinis : benjolan kecil padat dgn kemerahan di sekitarnya dapat disertai nyeri dan panas setempat, bila banyak banyak lesinya anak umumnya rewel. Infeksi kulit ini dapat terjadi pada anak dengan gizi buruk atau higiene perorangan yang kurang baik. Tempat tersering : kulit kepala, wajah, sekitaran hidung, mulut, ketiak, bokong dan anggota gerak.. Pada pemeriksaan didapatkan tonjolan di permukaan kulit berupa papul (kurang dari 0,5 cm ) atau nodul (lebih dari 0,5 cm) berbentuk kerucut dengan pustula (nanah) di bagian tengah. Bila menjadi furunkel tampak nodus kemerahan berbentuk kerucut dan nyeri bila disentuh. Kelenjar getah bening dapat membesar dan nyeri.
#3 - Ektima
Infeksi bakteri di kulit yang menyebabkan ulkus (kehilangan sebagian jaringan kulit yang berbentuk mirip cawan atau bergaung mempunyai tepi, dinding,dasar dan isi) yang dangkal ditutupi cairan tubuh yang mengering diatas permukaan kulit atau krusta yang tebal, keras kehitaman, lekat dengan kulit dam sulit dilepas. Istilah awam adalah borok/koreng. Yang paling sering terkena : tungkai bawah bagian ektensor (depan). Pada ektima ulkusnya dangkal dengan krusta yang sulit dilepaskan.
Klinis ditemukan koreng di tungkai disertai nyeri dan keropeng. Suka didapat benjolan nyeri di lipat paha (sekelan). Ektima sering pada anak balita yang sudah lebih sering beraktivitas di luar rumah, bermain tanah, gundu, main pasir dsb. Sering juga pada anak dengan anemia, gizi buruk atau higiene perorangan yang kurang baik.
Ada pioderma yang mengenai bagian lebih dalam dari kulit dikenal dengan pioderma profunda yang relatif jarang terjadi. Dimulai dari erisipelas, lalu dapat meluas menjadi selulitis, flegmon dan abses.
#4 - Erisipelas
Infeksi kulit akut yang mengenai dermis dan epidermis yang luas, dapat mengenai wajah, lengan, tungkai atau paha. Didahului dengan demam, infeksi lokal, trauma gigitan hewan/serangga, furunkel. Diikuti dengan limfangitis, keluhan demam dan nyeri saat beraktifitas. Ditemukan pembengkakan (edema) setempat, plak erimatosa (permukaan kulit yang padat kemerahan) luas dengan batas yang tidak tegas.
Erisepelas ini dapat berlanjut menjadi selulitis (infeksi lebih luas) dan bila berkembang cepat mengalami supurasi menjadi flegmon atau abses.
Bila ditemukan kondisi spt ini, pasien akan dianjurkan untuuk dirawat, diberikan antibiotika sistemik yang sesuai. Bagian kulit yang terkena diistirahatkan agar tidak menjalar. Dilakukan kompres dingin (terbuka) dengan menggunakan berbagai cairan antiseptik yang ada. Bila telah mengalami supurasi (‘pematangan’), perlu segera dilakukan aspirasi (penyedotan) pus (nanah) atau drainase abses.
Ada satu keadaan dimana infeksi kulit oleh stafilokokus menimbulkan keadaan yang berat, dinamakan Staphylococcus scalded skin syndrome (SSSS) : kulit menjadi lepuh di seluruh badan akibat toksin yang dikandung kuman Staphylococcus aureus grup II. Biasanya didahului dengan infeksi akut saluran nafas, infeksi pada tonsil atau Otitis Media Akut. Toksin kuman menyebabkan inflamasi dan epidermis terkelupas atau terpisah dari dermis. Utamanya mengenai anak usia kurang dari 5 tahun atau pada anak yang daya tahan tubuhnya terganggu (imunokompromais).
Pasien demam tinggi, didapati kemerahan luas yang diikuti dengan kulit yang melepuh diseluruh badan,mulai dari wajah,badan dan tungkai yang kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Kulit kemudian “terlepas” keriput seperti kertas digulung (paper-like wrinkling). Mukosa mulut,mata atau genital biasanya bebas dari lesi.
Pada kondisi tertentu, SSSS sukit dibedakan dengan Sindrom Steven Johnson (SJS) atau Penyakit Kawasaki. SSJ lebih sering karena alergi obat, ada kelainan di mukosa, kulit dan mata. Pada penyakit Kawasaki : kulit kemerahan dan ada bengkak (edema) tungkai dan deskuamasi (bagian luar kulit yang mengelupas). Ada injeksi (kemerahan) di mata tanpa disertai tanda radang. Didapati juga pembesaran kelenjar getah bening servikal satu sisi (unilateral). Penyakit Kawasaki ini berhubungan dengan penyakit jantung sehingga EKG umumnya abnormal. Berdasarkan pemeriksaan kultur, kuman penyebab pada SSSS adalah Staphylococcus aureus atau Staphylococcus epidermidis.
Terapi Pioderma superfisial
Penanganan semua pioderma superfisial adalah dengan pemberian antibiotika oral. Idealnya berdasarkan hasil kultur dan resistensi. Namun dokter bisa memberikan AB sesuai dengan penyebab tersering. Obat topikal (salep/krim) diberikan antibiotik spektrum luas. Terpenting juga adalah memperhatikan hal-hal lain seperti gizi anak, faktor predisposisi, penyakit yang mendasari, higiene perorangan dan lingkungan.
Terapi pioderma profunda
Pasien dengan erisipelas sampai flegmon/abses akan dianjurkan untuk dirawat, diberikan antibiotika sistemik yang sesuai. Bagian kulit yang terkena diistirahatkan agar tidak menjalar. Dilakukan kompres dingin (terbuka) dengan menggunakan berbagai cairan antiseptik yang ada. Bila telah mengalami supurasi (‘pematangan’), perlu segera dilakukan aspirasi (penyedotan) pus atau drainase abses.
Pada pasien SSSS harus dirawat inap. Antibiotika disesuaikan dengan hasil kultur dan resistensi. Bila ditangani dengan cepat dan tepat, SSSS rata-rata sembuh dalam 7-10 hari tanpa gejala sisa.
Edukasi
Mandi dengan sabun minimal 2 kali sehari, rutin memotong kuku, tidak bertukaran baju atau handuk/barang pribadi. Biasakan mencuci tangan sehabis bermain atau setelah kontak dengan benda yang kotor. Lesi kulit harus dibersihkan dengan sabun atau larutan antiseptik, salep antibiotika diolesi minimal 3 kali sehari. Bila berpergian lesi ditutupi kain kasa, jangan sampai dirubung lalat. Minum obat secara teratur dan obat antibiotika sistemik harus dihabiskan. Bila penyakit belum sembuh atau menjadi lebih berat harus kembali kotrol.
Bahan bacaan :
- Buku PKB X IDAI Jaya "Best Practices in Pediatrics", 2013.
- Panduan praktis morfologi dan terminologi penyakit kulit, BP FKUI.
No comments:
Post a Comment