Apa Itu Obstructive Sleep Apnea (OSA)

Salah satu permasalahan kesehatan yang jarang terdiagnosis saat ini adalah Obstructive Sleep Apnea (OSA). Sleep apnea adalah kelainan yang mengakibatkan jalan nafas anda tersumbat total saat tidur. Biasanya kelainan ini terjadi pada mereka yang memiliki sumbatan jalan nafas parsial / mengorok saat tidur.

Karena adanya sumbatan, udara tidak dapat masuk dan kandungan oksigen dalam darah akan menurun. Sebagai upaya mengatasinya tubuh akan mengeluarkan sejumlah hormon yang meningkatkan detak jantung dan tekanan darah, tahapan tidur juga akan menurun. Anda mungkin tidak sadar, tapi orang luar melihat anda tidur mengorok, berhenti bernafas sesaat, berubah posisi / gelisah untuk memulihkan jalan nafas. Siklus seperti itu terus berulang sepanjang tidur. Semakin sering terjadi semakin berat OSA. Saat anda tidur anda seharusnya istirahat, tapi dengan adanya OSA anda justru seperti berolah raga tiap malam. Hal ini tentunya tidak baik karena akan memaksa jantung anda bekerja ekstra keras.

Gejala apa yang mungkin anda rasakan?
Bervariasi tergantung dari beratnya sleep apnea. Umumnya penderita mengeluh lemas, ngantuk, pada yang berat keluhan ngantuk bisa tidak tertahankan sehingga tertidur saat kerja atau bahkan saat mengemudi. Keluhan lain yang timbul akibat hipoksia (kekurangan oksigen) berulang dapat berapa sakit kepala, penurunan fungsi kognitif, mudah lupa.

Apa tampaknya untuk jantung?
Sleep apnea memberikan beban yang berat untuk jantung. Penderita nya bisa jadi baru datang berobat setelah ada masalah di jantung berupa gangguan irama atau gagal jantung. Gangguan irama seperti atrial dan ventricular ekstra sistole, nonsustein VT, sinus arrest, atau blok AV dapat ditemukan pada 30-50% kasus sleep apnea. Jika Obstructive Sleep Apnea dibiarkan tanpa terapi, jantung anda perlahan akan bengkak dan rusak sehingga fungsinya terganggu. Mereka dengan OSA yang berat memiliki risiko tinggi meninggal mendadak karena henti jantung. Keberadaan sleep apnea kini sudah diakui sebagai salah satu faktor risiko independen penyakit jantung. Karena nya sangat penting untuk mendeteksi dan mengobati OSA secara dini.

Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi OSA?
Langkah pertama dinilai dengan mendiagnosisnya. Saat ini diperkirakan prevalensi OSA pada populasi normal sekitar 4-5%. Di negara maju diperkirakan 90% kasus masih belum terdiagnosis. Dengan mengacu pada angka tersebut diperkirakan saat ini ada 12,5 juta orang di Indonesia saat ini memiliki OSA dan (saya rasa) 99% belum terdiagnosis.

Mengapa banyak yang tidak terdiagnosis?
Diagnosis pasti untuk Obstructive Sleep Apnea dan perlu tidaknya terapi Continous Positive Airway Pressure (CPAP) adalah dengan pemeriksaan polisomnografi (PSG) atau sleep study. Pada pemeriksaan ini anda akan dipasang sejumlah alat monitor dan dipersilahkan untuk tidur. Selama tidur parameter seperti aktivitas otot (EMG), gerakan bola mata (EOG), aktivitas otak (EEG), rekam jantung (EKG), saturasi oksigen, tekanan darah, frekuensi mengorok, dan saturasi end-tidal CO2 akan terus dimonitor. Dari situ bisa diketahui beberapa sering episode apnea dalam sejam-nya, beberapa tinggi tekanan darah anda saat tidur, berapa saturasi oksigen anda, apakah muncul gangguan irama yang berbahaya atau tidak.

Problemnya karena parameter yang diperiksa banyak, alat monitoring yang dibutuhkan jadi banyak, dan harganya tidak murah. Jumlah pemeriksaannya pun tidak bisa banyak, sehari hanya bisa 1x (kecuali orangnya tidurnya siang). Akibatnya sangat sedikit RS yang mau investasi menyediakan fasilitas PSG ini, biaya pemeriksaannya pun kalau ada terhitung mahal.

gambar sleep apnea [source:ohniww]

Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi OSA tanpa pengobatan?
Semakin berat anda, semakin mungkin terjadi sleep apnea. Jadi jaga berat badan ideal. Orang yang merokok juga cenderung mengalami sleep apnea. Jadi jangan merokok. Jika anda terlalu lelah lantas tidur terlalu dalam kemungkinan sleep apnea juga meningkat jadi istirahat lah yang cukup dan jangan konsumsi obat tidur. Posisi terlentang juga meningkat kan risiko sleep apnea, jadi coba miringlah ke sisi kanan sesuai saran nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Salah satu hal yang menarik dari Obstrustive Sleep Apnea adalah hubungannya dengan penyakit mematikan lainnya yaitu tekanan darah tinggi / Hipertensi. Prevalensi tekanan darah tinggi / hipertensi pada Obstructive Sleep Apnea (OSA) berkisar antara 35 s/D 80%, semakin berat sleep apnea semakin mungkin orang tersebut memiliki hipertensi. Jika dibalik, 4 dari 10 penderita hipertensi ternyata memiliki OSA.

Karenanya sangat penting menurut saya untuk selalu melakukan evaluasi ke arah kemungkinan OSA pada setiap pasien dengan obesitas / hipertensi / penyakit jantung.

Semoga bermanfaat dalam meningkat kan kesadaran anda terhadap bahaya Obstructive Sleep Apnea.

[Disadur dari artikel Obstructive Sleep Apnea (OSA) yang ditulis oleh dr. Erta Priadi Wirawijaya]

No comments:

Post a Comment

INSTAGRAM FEED

@soratemplates