"Dok jadi sakit saya ini apa? Kenapa saya sesak setiap hari?" tanya seorang bapak berusia 55 tahun. Pasien ini datang untuk kontrol, sakitnya sudah jelas, penyakit paru obstruktif kronis disertai gagal jantung paska serangan jantung. Keduanya diakibatkan oleh rokok.
"Bapak sesaknya yang lebih dominan bagaimana? Sesak disertai bunyi mengi atau sesak saat menjalankan aktivitas sehari-hari?"
"Keduanya dok, jalan 10 meter sesak, lagi istirahat juga kadang sesak, ada mengi-nya. Baru enak setelah di uap. Repot dok. Jadi sakit saya ini apa dok?" - kembali si bapak menanyakan penyakitnya.
"Bapak sakit paru-paru dan jantung. Saluran nafas ke paru-paru bapak rusak dan menyempit karena rokok sehingga udara mau keluar masuk paru jadi susah. Jantung bapak juga rusak karena serangan jantung yang bapak alami tahun lalu. Fungsinya sebagai pompa hanya tersisa 1/4-nya. Akibatnya jantung kesulitan memenuhi kebutuhan tubuh bapak."
"Apa bisa sembuh dok?"
"Untuk sembuh sepertinya susah, kecuali jantung dan paru-nya diganti. Tapi ini mustahil di Indonesia. Dengan pengobatan diharapkan gejalanya tidak terlalu mengganggu."
"Kalau makanan dok, apa yang harus saya hindari?"
"Makan makanan yang sehat, olahraga teratur, dan hindari rokok".
Istri-nya yang dari tadi diam lantas celetuk: "Itu dok yang susah. Bapak masih terus merokok. Ngga berhenti-berhenti."
"Seriusan pak masih merokok?" saya tanya.
"Ah ngga dok, paling sesekali, 1-2 batang saja sehari." Jawab sang bapak.
"Kok bisa. Apa bapak ngga takut sakitnya tambah parah?"
"Takut sih takut, tapi susah berhentinya dok. Entah kenapa."
"Sudah lama pak merokoknya?"
"Sudah dok, dari SMP"
"Kenapa dulu bapak merokok?"
"Lingkungan dok, kakek, bapak saya perokok, teman-teman juga perokok. Saya dulu ngga tahu rokok bisa menimbulkan banyak penyakit. Ketika saya akhirnya tahu, saya sudah keburu kecanduan".
Realitas seperti itulah yang umumnya terjadi pada kebanyakan perokok yang akhirnya sakit karena rokok. Mereka mulai merokok diusia yang sangat belia tanpa tahu sepenuhnya bahaya merokok. Ketika akhirnya mereka sakit, semuanya sudah terlambat, mau berhenti pun susah karena sudah kecanduan. Bahkan ketika nyawa menjadi taruhannya, tidak merokok seringkali bukan pilihan.
Disitulah saya seringkali sedih, dan kasihan. Berhentilah merokok sebelum rokok menghentikan anda.
[Disadur dari dr. Erta Priadi Wirawijaya Sp.JP | https://facebook.com/ErtaPriadiWirawijaya]
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment